1. Op Amp
2. Resistor
3. Power
4. Generator Sine
5. Generator DC
6. Osiloskop
7. DC
8. Ground
3. Rangkaian Simulasi [kembali]
4. Prinsip Kerja Rangkaian [kembali]
Rangkaian pada percobaan 1 ini
menggunakan satu buah op amp, dua
buah
resistor, satu buah generator sine, satu buah generator dc, satu buah dc voltmeter, dan satu buah osiloskop. Pada percobaan 1 terdiri
dari dua buah rangkaian, yaitu rangkaian inverting amplifier input DC dan
inverting amplifier input AC.
Rangkaian ini merupakan rangkaian inverting amplifier dengan sumber tegangan input V1 yang dihubungkan ke resistor R1 yang bernilai 10k ohm. Pada rangkaian ini terdapat tegangan saturasi atau pembatas tegangan yang dapat dikuatkan oleh op amp. Dengan diberi tegangan input V1, arus dari sumber mengalir melalui R1 ke percabangan input inverting. Karena tegangan inverting sama dengan tegangan non-inverting yaitu 0V dan impedansi input op amp sangat besar, sehingga arus tidak mengalir ke input, maka arus dari R1 mengalir menuju ke R2 dan ke output op amp. Karena tidak ada arus pada input op-amp maka R1 dan R2 menjadi rangkaian seri. Arus pada R1 sama dengan arus pada R2. Arus pada R1 adalah (V1-0)/R1. Arus pada R2 adalah (0-Vout)/R2. Dengan persamaan IR1 = IR2, maka tegangan output adalah Vo = -(R2/R1)*V1. Penguatan tegangan pada rangkaian ini tergantung pada nilai Rf atau R2. Besar penguatan (gain) dari inverting amplifier ini adalah R2/R1.
5. Video Rangkaian [kembali]
6. Analisa [kembali]
1. Bagaimana karakteristik op-amp?
Jawab:
Karakteristik Op-Amp (Operational Amplifier) pada umumnya
ditentukan oleh Resistor Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input pembalik
(Inverting Input).
Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Penguatan
Tegangan Open-loop atau Av tinggi = ∞ (tak terhingga)
2. Tegangan
Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Vo = 0 (nol)
3. Vo
= 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1
4. Impedansi
Masukan (Input Impedance) atau Zin besar = ∞ (tak terhingga)
5. Impedansi
Output (Output Impedance ) atau Zout kecil = 0 (nol)
6. Lebar
Pita (Bandwidth) atau BW respon frekuensi lebar = ∞ (tak terhingga)
7. Karakteristik
op amp tidak tergantung temperatur atau suhu
8. Konsumsi daya yang rendah
9. Noise yang rendah
Tetapi
pada prakteknya, ada beberapa karakteristik Op-Amp antara lain:
1. Arus bias input (Input bias current).
Pada prakteknya akan ada aliran arus yang mengalir ke dalam kedua input opamp.
Arus ini adalah arus bias mundur transistor. Arus bias input didefinisikan sebagai : I
bias = (I1 + I2 ) / 2.
2. Arus Offset input (Input offset
current). Arus offset input merupakan perbedaan arus bias input dari kedua
terminal input. I os = │ I1 – I2│
3. Tegangan offset input ( Input offset
voltage). Bila V1 dan V2 berada pada tegangan yang sama, tegangan output
idealnya harus nol, karena Vo = Ad ( V2 – V1). Tetapi pada prakteknya
akan ada tegangan pada output. Tegangan offset input didefinisikan sebagai perbedaan
tegangan yang harus disupplaykan pada kedua terminal input agar tegangan output
sama dengan nol.
4. Differensial voltage gain ( Ad ).
Merupakan gain bila perbedaan sinyal tegangan input disupplaykan pada kedua
terminal input.
5. Common mode voltage gain ( Ac ).
Merupakan gain bila suatu sinyal input yang sama disupplaykan pada kedua termi
nal input opamp.
6. Common mode rejection ratio ( CMRR ).
Merupakan perbandingan antara Ad dan Ac dalam satuan dB. CMRR = Ad / Ac.
7. Supply voltage rejection ratio ( SVRR
). SVRR = Perubahan dalam tegangan supplay. Perubahan
dalam tegangan offset input
8. Slew Rate. Merupakan ukuran waktu
yang dibutuhkan untuk mensaklarkan output dari minimum tegangan negatip ke
maximum tegangan positif.
SR = ∆V / ∆T.
9. Full power bandwidth ( f FPBW ). f
FPBW merupakan frekwensi terbesar dari tegangan sinus penuh yang dapat di
outputkan opamp tanpa terjadinya efek slew rate. Jika output, Vo = Vom sin (2πft),
maka gradinnya: dVo/ dt = 2πf Vom cos (2πft). Gradien akan maximum bila cos
(2πft) = 1. Maka │ dVo/ dt │= 2πf Vom, dimana f adalah f FPBW. Jadi SR
= 2π f FPBW Vom. Dan f FPBW = SR / (2π Vom).
Pada gambar dibawah, dapat dilihat simbol standar dari op amp
dengan penandaan input (+) dan input (-), dan output. Input (+) juga disebut
input noniverting (tidak membalik) dan (-) input inverting (membalik).
Hubungan dari input op amp dan output sungguh sangat sederhana, seperti yang
terlihat dengan menganggap dari deskripsi idealnya.
Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan
pada input (+), V2 tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan
output. Idealnya, jika V1-V2 adalah positif (V1>V2), maka V0 saturasi
positif. Jika V1-V2 adalah negatif (V2>V1), maka V0 saturasi negatif
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Input (-) disebut input
inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah lebih positif dibandingkan pada
input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini mempunyai gain tak
terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan V2 hasilnya adalah
output saturasi.
Op amp
adalah peralatan yang mempunyai hanya dua keadaan output, +Vsat dan –Vsat. Dalam
prakteknya, peralatan ini selalu digunakan dengan umpan balik
dari output ke input. Umpan balik seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai
hubungan khusus antara tegangan input dan output.
Pada dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis
dan hampir tidak mungkin dicapai dalam kondisi praktis. Namun produsen
perangkat Op-Amp selalu berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang mendekati
kondisi idealnya ini. Oleh karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp
yang memiliki karakteristik yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal.
2. Apa pengaruh vin terhadap vout
pada rangkaian inverting?
Jawab:
Pada rangkaian inverting nilai Vin
sangat mempengaruhi nilai Vout. Apabila Vin bernilai positif (+) maka Vout yang
dihasilkan bernilai negatif (-), dan sebaliknya jika Vin bernilai negatif (-)
maka Vout yang dihasilkan bernilai positif (+). Dapat
disimpulkan bahwa rangkaian inverting merupakan rangkaian op amp yang membalik
polaritas output. Semakin
besar nilai -Vin maka semakin besar juga +Vout nya dan begitupun sebaliknya.
3. Jelaskan pengaruh dari +Vsaturasi
dan -Vsaturasi pada tegangan output yang dihasilkan?
Jawab:
Pengaruh dari tegangan saturasi yaitu jika dengan penguatan yang diberikan
output op amp melebihi ±V saturasi maka besar tegangan output yang dihasilkan
hanya sebatas ±V saturasi. Pengaruh dari tegangan saturasi juga untuk membatasi nilai tegangan keluaran maximum dari op amp
tersebut. +Vsat merupakan besar tegangan input saat Vout pertama kali berubah
setelah Vin diatur ke Vmax dan diturunkan secara perlahan.Sedangkan -Vsat
merupakan besar tegangan input saat Vout pertama kali berubah setelah Vin
diatur ke Vmin dan dinaikkan secara perlahan.
Contohnya apabila diberi input 1V, penguatan 10 kali dan V saturasi adalah ±7V, maka output yang dihasilkan adalah -7V untuk rangkaian amplifier inverting.
4. Bagaimana turunan rumus Vout dari rangkaian
Inverting?
Jawab:
Pada rangkaian penguat yang ideal memiliki syarat bahwa
tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. Untuk
memulai analisis rangkaian penguat inverting, terapkan hukum Kirchoff arus pada
titik cabang A dan asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian penguat
inverting menjadi seperti:
Dari gambar, didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang A,
sebagai berikut:
Persamaan 1 :
𝐼1 = 𝐼f
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (1)
dapat dijabarkan menjadi:
Persamaan 2 :
Karena V+ = 0 dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka
dapat dituliskan nilai VA = 0. Sehingga persamaan (2) menjadi:
Persamaan 3 :
Dengan menyederhanakan persamaan (3), dapat diperoleh
persamaan tegangan keluaran dari penguat inverting:
Persamaan 4 :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar